Rembang
(wartabromo) - Namanya Najwa Camila Tasya, usianya baru sebelas tahun, namun di
usia sangat belia tersebut gadis cilik asal Desa/Kecamatan Rembang ini sudah
menaklukan ratusan panggung.
Hampir semua grup
Orkes Melayu di Jawa Timur pernah mengiringinya bernyanyi. Semua label di Jawa
Timur pernah merekam suanya yang amboi. Bahkan, Tasya sudah masuk dalam puluhan
album kompilasi dan memiliki satu album pribadi.
“Alhamdulillah
sudah (manggung) kemana-mana. Surabaya, Kediri juga Jawa Tengah. Rekaman juga
sudah sering,” kata Tasya saat Titik Temu berkunjung ke rumahnya.
Para penggemar
dangdut bisa melihat aksi panggung pelajar kelas 6 SD ini di VCD-VCD yang
dijual di toko-toko, situs berbagi video YouTube atau melihatnya live saat
manggung di sebuah acara. Di usia yang masih belia, Tasya sudah mampu
melantunkan hits lama yang dipopulerkan Rita Sugairto, Elvi Sukaesih, Iis
Dahlia dan penyanyi top lainnya dengan ciamik. Lagu-lagu yang sudah akrab di
telinga tersebut terdengar fresh dilantunkan dengan suara indahnya.
Tidak hanya jago
nyanyi dangdut klasik, si centil Tasya ternyata mahir menyanyikan lagu-lagu
dengan beat tinggi seperti hits Belah Duren, lagu-lagu Jaipong hingga koplo. Ia
juga fasih melantukan lagu-lagu dengan beat rendah seperti single-single milik
Ida Laila dan Orkes Melayu Awara.
Anak pertama
pasangan Sugianto (44) dan Ifa Maghfiroh (32) ini sudah mampu menguasai
panggung dan bisa berinteraksi dengan para penonton. Kostum-kostum yang
dipakainya selalu klik dengan posturnya yang masih mungil dan parasnya yang
imut.
Kepada Titik Temu
Tasya berkisah sudah mulai senang menyanyi sejak usia dua tahun. Sembari
tersenyum dan menunjukkan reringsut khas bocah, ia mengisahkan saat beryanyi
selalu mengambil benda apa saja yang terdekat yang diumpamakan sebagai microphone.
Bakat menyanyi yang
ia dimiliki bisa dimaklumi karena ayahnya merupakan seorang penabuh gendang dan
memiliki grup musik melayu sementara ibunya juga seorang penyanyi. Alunan musik
dangdut sudah akrab di telinganya sejak dini. Karena bakatnya itu pula, saat
masih duduk di bangku TK, Tasya sudah berkesempatan tampil menyanyi di JTV.
Di usia empat
tahun, bakat Tasya kian terlihat. Ia bahkan selalu ingin tampil bernyanyi saat
grup ayahnya manggung. Sang ayah yang tidak tega melihat putriya bernyanyi di atas
panggung selalu melarangnya, namun Tasya bersikeras.
“Dia terus berontak
pingin nyanyi. Akhirnya saat ada waktu latihan di rumah Tasya ikut latihan.
Karena nyanyinya bagus dan nggak fals, malamnya saya ajak main ke Surabaya dan
dia tampil bagus di panggung. Waktu itu niat saya hanya ingin menguji
mentalnya, dia takut nggak, ternyata tidak takut,” kata Sugianto yang menemani
putrinya.
Sejak saat itu,
Tasya diberikan kebebasan bernyanyi. Di bawah bimbingan kedua orang tuanya,
Tasya terus mengasah kemampuan. Hingga pada usia tujuh tahun, orang mulai
mengenal penyanyi cilik ini. Undangan demi undangan manggung mulai berdatangan
sehingga orang tuanya harus mengatur jadwal.
Lambat laun, Tasya
kian populer. Banyak grup dangdut yang mengajaknya tampil ke berbagai kota,
label demi lebel rekaman Jawa Timur tidak canggung mengontraknya.
Kepopulerannya berbanding lurus dengan pundi-pundi rupiah yang didapatkanya.
Honornya melejit hingga di atas satu juta rupiah sekali manggung.
“Sekali manggung
tiga sampai empat lagu. Saya tidak pernah memasang tarif, orang yang menilai
sendiri,” ujar Sugianto, yang juga berperan sebagai manager Tasya.
Diakui Sugianto,
Tasya sudah menjadi penopang perekonomian keluarganya. Meski demikian, ia tidak
mau berpangku tangan dan tetap berwirausaha.
“Saya bekerja apa
saja. Untuk makan sehari-hari saya bisa nyari sendiri,” ujarnya tanpa merinci
pekerjaan yang dimaksud. (fyd/timu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar